Bandung, Sebelas12 – Perkembangan terakhir nilai tukar rupiah terhaadap dollar Amerika terus merosot. Depresiasi paling tinggi terjadi pada pukul 12.30 WIB, Selasa (4/9/2018), rupiah menyentuh level 15.029 per dollar AS.
Sekretaris Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Barat Herry Dermawan ikut menyikapi hal tersebut. Dia mengatakan, kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, dan berharap Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) melakukan berbagai macam cara mengerahkan segala kekuatannya untuk menahan laju dollar AS.
“Karena kalau sudah 15.000, kayaknya susah ditahan nanti. Kalau sudah kejadian itu Indonesia masih tergantung impor banyak akan susah,” kata Hery kepada waartawan, Rabu (5/9/2018).
Menurut anggota Komisi II DPRD Jabar ini, dengan kondisi rupiah melemah saat ini, di sisi lain ada pihak yang diuntungkan. Ia menyebut, importir sekarang mengeruk keuntungan di tengah menguatnya dollar AS.
“Misalnya saya biasa jual kursi $10 dollar, yah tetap $10 dollar. Tapi kalau kemaren $10 dollar itu Rp 120 ribu, sekarang Rp 147 ribu. Tapi uang yang saya terima belum tentu saya masukkan ke Indonesia, kan dititipkan di luar negeri,” papar Herry.
Ditambahkannya dampak dari melemahnya nilai rupiah ini , akan terasa pada naiknya harga-harga barang atau komoditas di dalam negeri. Meski yang terjadi di pusat, dampaknya akan terasa ke seluruh Indonesia.
“Sekarang harga tidak naik saja, masyarakat sudah banyak yang kelimpungan, apalagi nanti kalau harga naik. Kita mengharapkan pemerintah dan BI juga berupaya, mereka sudah punya instrumen-instrumennya,” pungkasnya. (*Red)