Home Politik Hillman dari Gerindra, Anak Singkong Bukan Anak Bos

Hillman dari Gerindra, Anak Singkong Bukan Anak Bos

by Admin

Lampung, Sebelas12 – Anak kampung itu lahir di sebuah desa yang sederhana, lahir dari seorang ibu yang melahirkan dengan mempertaruhkan jiwa dan raga tanpa bantuan obat, infus dan tenaga medis, tepat jam 11.00 wib pas bedug Jum’at 1981.

Tinggal di sebuah rumah berdinding papan beralas tanah, di Desa Wayharong Kecamatan Airnaningan. Sebuah desa yang heterogen dengan berbagai suku, sehingga bersaudara dan bisa berbahasa Jawa, Sunda dan Lampung.

“Kemiskinan adalah bagian dari kehidupan yang kami jalani, 6 bersaudara tak menyurutkan kami untuk sekolah, kami berempat laki-laki dikenal sebagai penjual jagung rebus, kangkung, terong dan tahuk lumay atau meranti,” kata Hilman saat berbincang di rumahnya, Jum’at (12/4/2019).

Ia menambahkan, hinaan menjadi bagian cerita dari kemiskinan keluarganya, karena untuk jajan saja, mereka harus mencari bekicot atau keong dengan harga 50 rupiah per kg. Semangat untuk membahagiakan ibu tidak menyurutkan Hilman dan saudaranya untuk bersekolah, sehingga mereka selalu menjadi juara umum di SDN 01 Wayharong.

“SLTPN 01 P. Panggung adalah sekolah yang menjadi pilihan melanjutkan sekolah dan terpaksa harus ikut tinggal di rumah nenek, karena ketidakmampuan biaya bersekolah dari Desa Gedung Agung, dibelikanlah sepeda oleh Alm. Paman Nasroli (Laklung) yang sekaligus membiayai sekolahku di SMP,” ungkapnya.

Setelah SMP, Hilman melanjutkan sekolah di SMU 10 B. Lampung itupun ikut Alm. Paman juga dengan ongkos dibiayai oleh Bibi Nurgunawa dan Kakak Dahliana. Mendapatkan beasiswa membantu memudahkan untuk mennyelesaikan studi ditambah dengan berjualan nata de coco untuk membeli pakaian dan kebutuhan lain di Tanjung Karang.

Selanjutnya Hilman mengadu peruntungan mengikuti SMPTN lulus di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Terpilih sebagai Gubernur BEM FH Unila, mempermudah jalan rejeki dan berkenalan dengan cerdik pandai serta tokoh-tokoh di B. Lampung.

“Lulus dengan predikat Cumlaude, memudahkan untuk bekerja sebagai HRD di Charoen Pokphan Grup. Berpikir 3 kecamatan belum ada lebih dari 3 Advokat atau pengacara, saya beralih sekolah profesi advokat di Mahendradatta Law Office yang tergabung dengan TPM (Tim Pembela Muslim),” katanya.

Setelah 12 tahun berkiprah di pentas nasional dalam dunia kerja sebagai in house lawyer di Jakarta, Bandung, Kalimantan dan bergabung dengan rekan-rekan Advokat, Hilman tergerak untuk ikut menjadi pejuang aspirasi rakyat melalui Partai PPP pada rahun 2014 namun belum berhasil dengan belum terpilih, dengan kekalahan 80 suara tidak menyurutkan niat untuk menjadi pejuang aspirasi pada tahun 2019.

“Tahun 2019 ini saya beralih ke Partai Gerindra, karena ketertarikan pada sosok yang menurut saya sebagai patriotis pembela rakyat, saya bergabung dengan Partai Gerindra dan terdaftar sebagai Caleg dengan No Urut 03, dengan wilayah Pemilihan (Dapil) IV, meliputi Kec. Pulau Panggung, Ulubelu dan Air naningan,” tegasnya.

Cibiran, hinaan dan persekusi sebagai caleg yang tidak sekaya dan sehebat anak-anak bos-bos sudah biasa dan akrab di telinga, dengan tegar Hilman sampaikan visi dan misi dengan semangat program ok oce nasional dan kemampuan di bidang hukum yang sudah dibuktikan dengan beberapa pemenangan perkara. Menurutnya, tantangan terberat adalah dari sahabat dan saudara sendiri yang selalu mengukur uang.

Hilman anak singkong yang miskin dan rendahan itu tetap terus berjuang dengan semangat juang bersama Gerindra dan Pak Prabowo-Sandi yang jujur menjadi inspirasi besar untuk membantu rakyat terutama dalam kewirausahaan, mandiri, mencukupi kebutuhan tanpa harus bergantung pada luar negeri.

“Politik itu untuk kemaslahatan dan keteraturan tidak menghinakan dan memusuhi,” pungkasnya. (**)

Related Posts

Leave a Comment