Bandung, Sebelas12 – Indonesia adalah negeri 1001 pesona. Negeri ini masyhur dengan julukan Atlantis yang hilang. Entah siapa yang pertama kali mengatakannya. Namun, siapapun itu, ia nampaknya menyadari keindahan bentang alam dan panorama kultural budaya Nusantara adalah sesuatu yang sangat agung, megah dan tak mungkin diduakan.
Berbagai suguhan bentang alam dan keanekaragaman budaya tampak bergelimpangan. Bukit dan gunung saling berpunduk meliuk-liuk, beradu sekaligus berpadu dengan keranuman pantai-pantai Nusantara yang indah tak terkira. Bak percikan surga Firdaus, keberadaannya sanggup memukau siapa saja yang menyaksikan penampakannya.
Sadar dengan daya pikat maharaja yang dimiliki Indonesia, pemerintah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu tumpuan harapan untuk memberikan kontribusi. Perputaran uang bisa berlangsung kencang jika pariwisata betul-betul diperhatikan. Sektor pariwisata adalah lokomotif. Ia berfungsi memandu dan membawa serta kontribusi bagi gerbong-gerbong kehidupan lainnya.
Catatan sumbangsih pariwisata Indonesia terhadap pertumbuhan perekonomian nasional terbilang cukup menggembirakan. Berdasarkan laporan Travel and Tourism: Power and Performance Report 2018 yang dirilis World Tourism and Travel Council tercatat sumbangsih pendapatan domestik bruto (PDB) industri pariwisata Indonesia mencapai 58.9 miliar dolar AS alias Rp839.6 triliun.
Perolehan tersebut mengantarkan pariwisata Indonesia berada pada peringkat ke-15 penghasil PDB terbesar. Di antara negara ASEAN, posisi Indonesia ini berada dua strip di atas Malaysia yang menduduki peringkat 17 dan di bawah Filipina (8) serta Thailand (7). Sedangkan secara industri, posisi sektor pariwisata Indonesia berada pada peringkat ke-9.
Pada 2019, pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang. Dari segi kontribusi ekonomi, pemerintah juga menggandakan target sumbangsih sektor pariwisata terhadap PDB dari 4% di tahun 2015 menjadi 8% di 2019. Target kenaikan itu mengacu pada kontribusi wisman maupun wisatawan domestik.
Target ini telah dipancangkan bertahun-tahun lalu sebagai bagian dari kampanye “Wonderful Indonesia” yang dijalankan di bawah koordinasi Kementerian Pariwisata. Walau tergolong ambisius, upaya untuk merealisasikan target ini juga tidak dilakukan setengah hati. Berbagai siasat promosi melalui beragam medium telah dan terus dilakukan.
Promosi gencar dilakukan di sana-sini. Wisatawan domestik maupun mancanegara dijadikan sasaran. Yang terakhir disebut menjadi target utamanya lantaran kocek yang dikeluarkan para wisman menjadi berkah tersendiri bagi warga lokal.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Indonesia Investment, setiap turis asing menghabiskan rata-rata antara 1.100-1.200 dolar Amerika Serikat (Rp15,7 juta-Rp17 juta) dalam sekali kunjungan.
Salah satu strategi publikasi andalan yang sering ditempuh ialah dengan memasang iklan dengan slogan Wonderful Indonesia di berbagai negara yang dianggap potensial menjadi pasar promosi.
Iklan ini ditampilkan melalui media televisi, publikasi internet, hingga bus-bus yang kerap wara-wiri mengangkut penumpang di kota-kota besar Eropa maupun Asia. Tujuannya satu, agar siapapun yang secara kebetulan menengok terbawa penasaran dan tertarik mengunjungi Indonesia.
Terdapat 10 paket destinasi yang jadi andalan untuk dipasarkan melalui kampanye Wonderful Indonesia di berbagai negara, di antaranya Greater Jakarta, Greater Bali, Greater Batam, Medan, Bandung, Joglosemar–Yogyakarta, Solo dan Semarang, Banyuwangi, Lombok, Makassar serta Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat.
Selain melalui berbagai promosi, strategi menarik pelancong dari luar ini juga dijalankan dengan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata dalam negeri. Pembangunan infrastruktur berupa pembangkit listrik, jalan tol, bandara, pelabuhan, dan fasilitas lainnya terus dibangun untuk meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia.
“Kita ini masuk 6 besar negara terindah di dunia. Kita juga masuk 10 besar negara yang wajib dikunjungi. Ini juga sebuah brand yang kita punyai. Brand yang ini tinggal kita garap agar pariwisata ini betul-betul bisa memberikan devisa yang paling banyak,” kata Presiden Joko Widodo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta dalam Gala Dinner Peringatan 50 Tahun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) beberapa waktu lalu.
Dalam menyokong visi menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama pelancong dunia, sekaligus mewujudkan target kunjungan 20 juta wisman di tahun 2019, pemerintah pusat berkolaborasi dengan berbagai elemen, termasuk lembaga-lembaga yang ada di daerah agar mereka memberikan dukungan maksimal.
Sebagai salah satu agen perubahan nasional, bank bjb ikut terlibat dalam mendukung pengembangan pariwisata daerah, khususnya di Jawa Barat. Dukungan
tersebut diberikan dengan berbagai cara, termasuk melalui program-program maupun pendanaan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata.
Beberapa dorongan pembangunan infrastruktur telah dilakukan bank bjb. Salah satunya ialah dengan mendukung pembiayaan kredit Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek kepada PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC), sebesar Rp252 miliar sebagai fasilitas Kredit Investasi (KI) Sindikasi.
Jalan tol layang ini berfungsi sebagai jalur alternatif transportasi maupun distribusi arus barang dan jasa, baik menuju maupun keluar Jakarta dari Jawa Barat, serta guna memecah konsentrasi kemacetan yang sering melanda Tol Cipularang.
Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek yang sedang digarap tersebut memiliki panjang sekitar 36 kilometer, membentang dari ruas Cikunir hingga Karawang Barat. Keberadan tol ini juga diproyeksikan mampu memperlancar arus pelancongan dari Jakarta menuju Bandung yang selalu ramai saban pekan.
Bank bjb turut terlibat dalam membiayai pembangunan infrastruktur Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) dan airport link Tol Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Dalam proyek tersebut, bank bjb menjadi salah satu perbankan yang menyalurkan pembiayaan sindikasi berjangka waktu 15 tahun, sebesar Rp751,4 miliar dari total Rp8,889 triliun kepada Lintas Marga Sedaya. Secara detail, sindikasi Rp711,4 miliar dialokasikan untuk tranche A dan Rp39,9 miliar untuk tranche B.
Keberadaan Bandara Kertajati ini diharapkan bisa membuka akses pariwisata baru di Jabar selatan dan Timur meliputi kawasan Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan (Ciayumajakuning) yang selama ini belum tergarap serius.
Dari segi program, bank bjb rutin menjadi sponsor West Java Marathon yang merupakan salah satu ajang kontes lari terbesar di Jabar. Kontes lari yang juga mengampanyekan sport tourism ini sering menjadi para pelari dan pelancong internasional untuk mengasah kemampuan sekaligus memanjakan diri dengan pesona pariwisata Jabar.
Teranyar, bank bjb ikut meluncurkan 13 unit bus wisata untuk digunakan di berbagai daerah di Jabar. Bus wisata ini diperuntukkan bagi wisatawan untuk mengelilingi kota sehingga wisatawan bisa lebih mudah mengetahui, lokasi terkenal ataupun bersejarah yang dilewatinya.
Bus wisata mengajak wisatawan tidak hanya mengunjungi daerah wisata karena alamnya yang indah tetapi juga dapat melakukan wisata budaya, wisata religi, wisata belanja, wisata kuliner, wisata kota tua, wisata museum, dan wisata heritage yang menjadi daya tarik di setiap daerah. (*Red)