Home Advertorial Perubahan Perilaku, Maggotisasi Jurus Ampuh Olah Sampah Organik di Kota Bandung

Perubahan Perilaku, Maggotisasi Jurus Ampuh Olah Sampah Organik di Kota Bandung

by Admin
Perubahan Perilaku, Satgas Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah1

Bandung, sebelas12.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menggelorakan perubahan perilaku masyarakat soal mengolah sampah, di antaranya dengan maggotisasi.

Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, mengungkapkan, ada beberapa faktor yang membuat sampah di Kota Bandung sulit teratasi. Di antaranya perilaku mindset, edukasi sosialisasi, dan koordinasi yang masih kurang, volume produksi sampah tinggi, serta minimnya penegakan hukum.

“Edukasi sosialisasi terus kita lakukan. Secara bertahap itu mendorong mindset yang berubah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah. Tujuannya agar volume sampah yang dibuang ke TPA itu semakin berkurang,” ungkap Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono.

Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi menjelaskan, saat ini sampah organik sudah tidak boleh dibuang ke TPA Sarimukti. Sehingga pengolahannya harus diperbanyak di hulu.

“Januari kemarin, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot. Dengan ini, total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton hingga Januari lalu,” terang Dudy.

Dudy berharap, targetnya rumah maggot bisa mengolah 1 ton sampah organik per hari di setiap kelurahan. Sehingga totalnya sebanyak 151 ton sampah per hari bisa berkurang jika semua kelurahan aktif mengoperasikan rumah maggot.

“Namun, maggot itu siklusnya 35 hari. Sehingga penambahan kapasitasnya perlu waktu. Rencananya kami akan bantu sediakan mesin bubur untuk mengolah sampah organik, sehingga bisa mempercepat pengolahan oleh maggot,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga akan menyuplai maggot ukuran besar dari KBS ke rumah maggot di seluruh kelurahan agar peningkatan sampah organik bisa lebih cepat.

“Kami juga mendorong hotel, resto, kafe di sekitar rumah maggot untuk menyuplai sampah organik ke rumah maggot yang ada di kelurahannya. Rumah maggot yang sudah dibangun bisa dikolaborasikan dengan Buruan Sae agar lebih produktif dalam menghasilkan pangan,” tandasnya.

Pemkot Bandung Bentuk Satgas Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah

Sebelumnya, Pemkot Bandung sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah Kota Bandung melalui Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 658.1/Kep.067-DLH/2024 Tanggal 12 Januari 2024.

Hal itu dimaksudkan untuk mendorong dan mengakselerasi tren positif pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber pasca masa darurat sampah Kota Bandung berakhir.

“Kebiasaan baru dan keberlanjutan pengolahan sampah adalah keniscayaan. Bagaimana kita terus intens dan kontinyu melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghadirkan perilaku terbarukan pengelolaan sampah,” ujar Bambang Tirtoyuliono.

Bambang berharap, agar berproses menuju lebih baik, perubahan positif yang dihasilkan dari adaptasi kebiasaan baru pengelolaan sampah pada masa darurat tersebut perlu terus ditingkatkan.

Pada Februari 2024, volume sampah harian Kota Bandung yang dikirim ke TPA Sarimukti berkurang, dari yang awalnya sekitar 1.300 ton menjadi sekitar 900 ton.

“Walaupun tidak secepat yang diharapkan, progres tetap ada. Intinya jangan pernah berpikir penanganan sampah kembali ke masa lalu. Harus ada keberlanjutan untuk mewujudkan Bandung zero waste city,” ujarnya.

Bambang menyebut, berbagai metode pengolahan sampah harus terus digencarkan dan disosialisasikan termasuk penanganan organik, anorganik, dan residu.

Selain itu, pengelolaan sampah di sumber terus berjalan secara maksimal. Sampah organik diolah menggunakan Kang Empos, maggotisasi skala RW dan kelurahan, serta fasilitas pengolahan sampah organik skala kota, sehingga tidak dibuang ke TPS.

Perubahan Perilaku, Satgas Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah

Termasuk optimalisasi kinerja dari kluster-kluster pengolahan sampah. Di antaranya kluster pendidikan, fasilitas kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, kepariwisataan, tempat ibadah, taman, pasar dan lingkungan masyarakat.

“Dengan adanya Satgas ini, mudah-mudahan kita punya pengalaman. Tinggal melanjutkan, Pemkot juga terus bergerak dengan optimal,” katanya

Kelurahan Rancabolang Mampu Olah Sampah Organik 2 Ton per Hari

Sejak 4 tahun yang lalu, Kelurahan Rancabolang Kecamatan Gedebage telah memanfaatkan maggot untuk pengelolaan sampah. Al hasil wilayah ini setiap hari mampu mengolah 2 ton sampah organik.

“Pengelolaan sampah di Kelurahan Rancabolang mendekati paripurna. Dengan maggot, tapi kita sudah 4 tahun lebih awal (melaksanakan),” ungkap Lurah Rancabolang, Ahmad Nurhasan.

Ahmad mengungkapakan, sejak 22 November 2019 kelurahannya sudah merintis pengelolaan maggot. Meskipun alat pendukung masih terbatas. Saat itu baru bisa mengentaskan sampah dapur 200-300 kg per hari.

Pada Juni tahun 2020, Kelurahan Rancabolang mendapatkan CSR dari PT Pertamina untuk pengembangan maggot. Dari bantuan tersebut peningkatan pengelolaan sampah pun terjadi perubahan yang signifikan.

“Tahun 2020 kita dapat CSR dari PT. Pertamina sebesar Rp50 juta, untuk pengembangan maggotisasi. Kita diberikan alat, seperti boks dan sebagainya. Dari bantuan tersebut kita meningkat pengeloaan sampahnya menjadi 500-600 kg per hari,” ungkapnya.

Ketika Kota Bandung darurat sampah, ia mengedarkan surat kepada Ketua Rumah Tangga (RT) untuk memilah sampah dari sumbernya.

“Kita sosialisasi dengan masif, sampai kelompok, majelis taklim, RT, RW, masjid, saat awal tahun juga ada rembug warga, obrolan ‘door to door’, kita selipkan ini,” ujarnya.

Atas kerja keras selama ini, semua RW di Kelurahan Rancabolang sudah menjadi Kawasan Bebas Sampah (KBS) pada 9 Januari 2024 lalu.

“Kami satu-satunya kelurahan di Kota Bandung yang sudah semua RW KBS. Sehingga dalam waktu dekat, kita akan diresmikan kawasan pertama KBS,” katanya. 

Ahmad menyampaikan bahwa pengelolaan maggot merupakan metode paling mudah dilakukan dan paling ramah lingkungan. 

“Maggot itu paling ramah lingkungan, dari maggot itu tidak ada yang terbuang sia-sia. Dari fresh maggot, kita panen 75-80 kg per hari,” ungkapnya. 

Ahmad juga memgungkapkan, di Kelurahan Rancabolang mampu menyelesaikan sampah dapur sekitar 2 ton per hari. Namun, produksi sampah hanya 900 kg-1,3 ton per hari.

“Untuk menambahnya, kita ambil limbah sayur dan buah di Pasar Induk Gedebage. Per minggu itu 700 kg- 1 ton sampah sayur dan buah untuk menutupi itu,” terangnya. 

“Kita ada ternak ayam, lele dan bebek. Kita jadikan maggot sebagai pakan ayam, lele, dan bebek. Dengan maggot tiap hari, lele dalam usia 2 bulan bisa panen. Bahkan 2,5 bulan itu 1 kg isinya 5 ekor,” tandasnya. (*Red/Adv)

Related Posts

Leave a Comment