Home Jabar Irfan Suryanagara Minta Pemprov Jabar Perhatikan Daerah Perbatasan

Irfan Suryanagara Minta Pemprov Jabar Perhatikan Daerah Perbatasan

by Admin

Bandung, Sebelas12 – Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Irfan Suryanagara meminta Pemprov Jawa Barat memperhatikan kondisi tugu batas karena keberadaannya kini berdampak pada kesadaran masyarakat akan nilai-nilai ke-Jawa Barat an.

“Kami kemarin sudah melakukan agenda reses, masyarakat ada yang tidak tahu, bahwa daerahnya termasuk daerah Provinsi Jawa Barat. Mereka sangka (daerahnya) adalah Jakarta Timur. Padahal Depok, Bekasi dan Bogor adalah penghasil PAD terbesar di Jawa Barat,” kata Irfan Suryanagara saat memberikan sambutan pada acara Pra Musrenbang Kewilayahan Provinsi Jawa Barat di Kota Bandung, Senin (18/3/2019).

Irfan mengatakan, bahwa pembangunan tugu batas sudah direncanakan sejak dulu dan hal ini bertujuan untuk melahirkan rasa dan nilai nilai ke-Jawa Barat an kepada masyarakat.

“Kita sudah buat di beberapa tempat sehingga orang tahu untuk melihat Jawa Barat. Sehingga timbul rasa ke-Jawa Barat annya,” katanya.

Selain itu, pada acara tersebut pihaknya juga meminta kepada pemerintah provinsi untuk memperhatikan skala prioritas perencanaan pembangunan daerah.

“Untuk saat ini percepatan di sektor pendidikan dan kesehatan jauh lebih penting untuk Jawa Barat,” katanya.

Menurutnya, kebutuhan infrastruktur pendidikan dan kesehatan di Jawa Barat saat ini masih kekurangan dan mengharuskan masyarakat menyebrang ke daerah lain untuk mengakses fasilitas pendidikan.

“Saya ingin menitipkan pembangunan Cirebon dan Tasikmalaya itu harus demikian menarik, supaya masyarakat di wilayah tersebut tidak usah berangkat ke luar daerah untuk mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan,” katanya.

“Maka di Cirebon dan Tasikmalaya harus ada universitas yang bagus, rumah sakit yang bagus dan tempat pelayanan masyarakat yang baik,” katanya.

Selain di Tasikmalaya dan Cirebon, hal serupa juga terjadi di Kota Depok. Irfan menyatakan saat ini di Kota Depok hanya terdapat 14 Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah itu belum sesuai dengan kebutuhan.

“Di Depok SMA hanya ada 14, seharusnya ada 25. Ini harus menjadi pemikiran kepala dinas pendidikan. Jangan hanya alokasi anggaran digunakan untuk alat peraga, edubox, harusnya sekolah dulu dibuat. Karena SMA kewenangannva ada di Pemerintah Provinsi,” katanya.

Akibat kurangnya jumlah sekolah menengah atas hal tersebut memaksa masyarakat Depok menyekolahkan anaknya ke Jakarta.

“Sehingga akibat kekurangan ini, kasihan anak-anak di Depok harus menyeberang ke Jakarta,” pungkasnya. (*Red)

Related Posts

Leave a Comment