Legenda Cirebon dalam karya seni lukis batik di atas kain sutera diilustrasikan oleh Dosen dari Univ Paramadina Jakarta, Ayoeningsih Dyah Woelandhary yang berkolaborasi dengan Pendidik seni dari Bandung, Dini Birdieni dan tim nya dari komunitas 22 ibu
Bandung, Sebelas12 – Kota Bandung merupakan kota kreatif. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya event kesenian yang dilaksanakan oleh berbagai kalangan.
Diantaranya saja Komunitas 22 Ibu, yang menggelar pameran yang kedua kalinya betemakan Mitos. Pameran ini merupakan pameran rutin yang keenam kalinya digelar tanpa putus, sekaligus memperingati berdirinya komunitas 22 Ibu yang didirikan pada tahun 2013.
Pameran dibuka secara langsung oleh Ketua YDSP, Herman Wijaya. Dalam sambutannya, Herman Wijaya mengatakan bahwa pameran terlaksana atas kerjasama antara YDSP dan komunitas 22 ibu.
“Kami memfasilitasi kegiatan ini karena banyak unsur pendidikan. Saya melihat dalam pameran ini ada 3 hal penting yang disasar para pendidik seni, yaitu alih pengetahuan yaitu apa yang tak digarap, mungkin juga tak diingat oleh orang lain, justru oleh para pendidik seni ini diolah menjadi visual dan pengetahuan yang disampaikan kepada masyarakat umum,” katanya, disela acara.
Sedangkan yang kedua, lanjut Herman, adalah nilai penguatan pendidikan karakter dalam gubahan visual yang diusung dalam pameran ini dapat membantu proses pendidikan di ruang lingkup yang formil.
“Dan ketiga, pameran ini sekaligus menjadi ajang untuk memperkenalkan Galeri dan Museum Sejarah dan Kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat. Kegiatan ini pada hari Minggu nya (23/12/2018) kami menggelar 2 kegiatan yaitu workshop batik dan Festival Onde (Dong-zhi),” paparnya.
Sementara itu, Kurator Pameran kali ini, Nuning Damayanti menyampaikan bahwa pameran yang merujuk pada REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA, mengajak untuk membayangkan kembali pesona-pesona mithos yang berubah fungsi dan pemaknaannya, dari hal yang gaib, mistis dan spiritualitas ke-Tuhanan secara alami akrab dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan, kemudian bergeser menjadi lebih dekat dengan hal-hal bersifat materialis, dan derasnya arus modernisasi teknologi informasi media sosial.
“Pameran kali ini membayangkan kembali, merespon, membaca dan memaknai mithos-mithos pilihan, kemudian menceritakan ulang kembali melalui wujud visual ilustrasi dengan gubahan baru,” kata Nuning.
Sedangkan Ketua Pelaksana Pameran, Arleti Mochtar Apin, mengungkapkan bahwa pameran ini khususnya bukan hanya sekedar menginterpretasi ulang mengenai mithos melalui berbagai interpretasi visual dan secara kultural.
“Diharapkan keunikan karya pada pameran ini menjadi ajang proses pembelajaran yang menarik, mengenal kembali tentang pemaknaan Mithos dan Legenda yang semakin terlupakan. Tentunya memakai sudut pandang, kaca mata dan pemahaman yang berbeda dari perupa-perupa yang juga perempuan pendidik sekaligus ibu bagi generasi masa kini,” kata Arleti.
Mereka, lanjut Arleti, memiliki bahasa visual yang unik dalam mengekspresikan dan menyampaikan pesan-pesan yang memuat harapan, kritik dan ungkapan bahasa lainnya tentang kompleksitas pemaknaan masyarakat terhadap mithos dan legenda yang dikaitkan dengan pemahaman spiritualitas, kegaiban, mistisisme dimasa ini.
“Karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan Teknik Batik Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer,” pungkasnya. (*Red)
Berikut Jadwal Pelaksanaan Pameran:
22 Desember 2018-10 Januari 2019
Pembukaan:
Sabtu, 22 Desember 2018
Pkl 16.00-18.00
Dibuka untuk umum:
23 Desember 2018-10 Januari 2019
Pkl 10.00 – 16.00
Gedung Graha Surya Priangan,
-Lantai 2-
Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa.
Jl. Nana Rohana No. 37 Bandung.
Workshop Batik Lilin Dingin
Minggu, 23 Desember 2018
Minggu, 6 Januari 2019
Pkl 11.00- 14.00 (Lokasi sebelah Gedung GSP di selasar lantai 1)
Penyaji karya Seni: Guru dan Dosen dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi Banten dan DKI Jaya (berkolaborasi dalam karya seni).
Jumlah karya: 56 karya lukis batik gutta tamarind (11 panel batik 200 x 120 cm). Setiap panel berisi 5-6 karya Seni yang dibuat oleh Perupa Pendidik Lintas Institusi.